Artikel ABK
MENDETEKSI ANAK LAMBAN BELAJAR/KESULITAN BELAJAR DAN
SOLUSINYA
Dalam kegiatan proses pembelajaran sehari-hari disekolah, kita sering menemui
anak didik yang sulit sekali menerima materi pembelajaran. Kondisi seperti ini
bisa dilihat dari hasil tes baik tertulis maupun perbuatan, bahkan dari
observasi visual juga dapat dideteksi kalau anak tersebut mengalami kelambatan
dalam mengikuti pembelajaran, dibandingkan dengan teman-temannya di satu
kelasnya. Pengujian kecerdasan intelegensi yang dilakukan di Perancis secara
acak untuk mengetahui anak yang tidak mampu menangkap pelajaran dengan cepat
seperti anak dalam kebiasaan belajar di sekolah, didapatkan bahwa angka anak
paling cerdas adalah yang memiliki IQ 120, sedangkan anak yang mempunyai IQ
kurang dari 120 termasuk kategori normal, embisil, debil, dan yang paling parah
dikategorikan idiot. Tapi anak yang termasuk kategori cerdas tidak menjamin
100% akan mampu mengikuti pembelajaran di sekolah dengan lancer sesuai dengan
kemampuan intelegensinya. Tidak jarang kita menjumpai kasus anak yang
sebenarnya cerdas akan tetapi dalam kenyataannya perolehan hasil belajarnya
berupa nilai-nilai tesnya kurang. Dalam kasus seperti ini guru atau pendidik
perlu mencari penyebab solusi untuk mengatasinya.
Bahwa anak yang tertinggal dalam belajar adalah setiap anak yang menemui
kesulitan dalam mempelajari sesuatu yang bersifat akal atau logika.
A. Mendeteksi kelambanan belajar
Kelambanan belajar yang dialami anak dapat digolongkan dari segi penyebab, yaitu:
• Kelainan daya pikir
Kelainan daya pikir ini termasuk kelainan yang paling banyak dialami oleh anak didik yang berkaitan dalam kegiatan belajar. Dari survey mengemukakan bahwa dari anak yang tertinggal dalam belajar 56,8%, tergolong dalam kecerdasan berkisar 75. Sedangkan 21% kecerdasannya berada diantara 70-90, dan 22% tingkat kecerdasannya antara 90-100. Kelainan daya pikir ini diperparah lagi dari factor seperti lingkungan belajar di sekolah, jenis materi pelajaran tertentu, penyebab lain adanya keterkaitan antara daya pikir dan anak yang lamban dalam belajar, seperti lemahnya daya ingat hingga mudah melupakan materi yang baru dipelajari, lemahnya menerima dan memahami pelajaran, lemahnya berfikir jernih, tidak ada kemampuan untuk beradaptasi dengan teman, rendahnya kemampuan dalam berkomunikasi dan lambannya dalam kemampuan berbicara.
• Kelainan psikologi
Yaitu kelainan pada penginderaan, seperti penglihatan dan pendengaran. Bisa juga dari segi fisik, anak yang tubuhnya lebih pendek dari ukuran rata-rata anak lain dikelasnya, penyebabnya seperti anemia, dan penyakit anak lainnya. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat menyebabkan kelemahan dan kelambatan dalam belajar, lebih jelasnya bahwa keterbatasan fisik tertentu dapat mempersulit anak dan terkait sekali dalam masalah kelambanan dalam belajar.
• Kelainan motivasi
Kelainan motivasi, yaitu timbulnya rasa masa bodoh, tidak ada perhatian terhadap mata pelajaran, tidak ada kemauan menelaah pelajaran, dan tidak ada rasa senang pada peraturan kegiatan belajar mengajar diantara para murid yang tertinggal dalam belajar. Dan bisa juga perilaku anak yang tertinggal dalam belajar disebabkan oleh lemahnya semangat dan perhatian pada pelajaran, ogah-ogahan, membenci sekolah dan suka mengantuk. Jadi, penyebab secara umum penyebab rendahnya motivasi disamping berbagai factor luar lingkungan belajar anak, juga terpengaruh dari dalam diri anak berupa factor-faktor kejiwaan yang dipengaruhi oleh latar belakang kesehatan.
Kelambanan belajar yang dialami anak dapat digolongkan dari segi penyebab, yaitu:
• Kelainan daya pikir
Kelainan daya pikir ini termasuk kelainan yang paling banyak dialami oleh anak didik yang berkaitan dalam kegiatan belajar. Dari survey mengemukakan bahwa dari anak yang tertinggal dalam belajar 56,8%, tergolong dalam kecerdasan berkisar 75. Sedangkan 21% kecerdasannya berada diantara 70-90, dan 22% tingkat kecerdasannya antara 90-100. Kelainan daya pikir ini diperparah lagi dari factor seperti lingkungan belajar di sekolah, jenis materi pelajaran tertentu, penyebab lain adanya keterkaitan antara daya pikir dan anak yang lamban dalam belajar, seperti lemahnya daya ingat hingga mudah melupakan materi yang baru dipelajari, lemahnya menerima dan memahami pelajaran, lemahnya berfikir jernih, tidak ada kemampuan untuk beradaptasi dengan teman, rendahnya kemampuan dalam berkomunikasi dan lambannya dalam kemampuan berbicara.
• Kelainan psikologi
Yaitu kelainan pada penginderaan, seperti penglihatan dan pendengaran. Bisa juga dari segi fisik, anak yang tubuhnya lebih pendek dari ukuran rata-rata anak lain dikelasnya, penyebabnya seperti anemia, dan penyakit anak lainnya. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat menyebabkan kelemahan dan kelambatan dalam belajar, lebih jelasnya bahwa keterbatasan fisik tertentu dapat mempersulit anak dan terkait sekali dalam masalah kelambanan dalam belajar.
• Kelainan motivasi
Kelainan motivasi, yaitu timbulnya rasa masa bodoh, tidak ada perhatian terhadap mata pelajaran, tidak ada kemauan menelaah pelajaran, dan tidak ada rasa senang pada peraturan kegiatan belajar mengajar diantara para murid yang tertinggal dalam belajar. Dan bisa juga perilaku anak yang tertinggal dalam belajar disebabkan oleh lemahnya semangat dan perhatian pada pelajaran, ogah-ogahan, membenci sekolah dan suka mengantuk. Jadi, penyebab secara umum penyebab rendahnya motivasi disamping berbagai factor luar lingkungan belajar anak, juga terpengaruh dari dalam diri anak berupa factor-faktor kejiwaan yang dipengaruhi oleh latar belakang kesehatan.
B. Solusi
• Kelainan daya pikir
Kelainan daya pikir merupakan factor bawaan anak, jadi agak sulit memberikan solusi secara fisik, perlu upaya rekonstruksi klinis berupa asupan gizi yang memadai, dan solusi yang paling ramah yaitu dengan memberikan motivasi agar anak mau belajar lebih dengan cara meningkatkan baik waktu maupun kualitas pembelajaran di rumah dan di sekolah. Dengan demikian kelemahan dari sisi kecerdasan dapat ditutupi dengan upaya ekstra misalnya menghafal materi pembelajaran.
• Kelainan psikologis
Pernah dijumpai seorang anak dari keluarga mampu tetapi di sekolah dia tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, setelah dideteksi oleh guru, ternyata anak tersebut mengalami kelemahan dalam penginderaan mata, setelah diperiksakan kedokter dan memakai kacamata, akhirnya potensi anak tersebut ternyata pandai dan mampu mengikuti setiap kegiatan pembelajaran dengan baik.
Juga bagi anak yang bertubuh lebih kecil dari anak lain sebaiknya ditempatkan ditempat duduk di barisan paling depan.
• Kelainan motivasi
Memotivasi dengan stimulus-stimulus agar anak mau belajar dengan baik, antara lain dengan menerapkan reward pada pembelajaran dikelas. Insya Allah anak akan termotivasi, motivasi tidak hanya dari sekolah tapi dari peranan orangtua di rumah agar mau berupaya memotivasi anak untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Meski demikian, peranan guru di sekolah juga sangat diperlukan dalam memberikan motivasi ekstrinsik ini.
by . beni kisworo
• Kelainan daya pikir
Kelainan daya pikir merupakan factor bawaan anak, jadi agak sulit memberikan solusi secara fisik, perlu upaya rekonstruksi klinis berupa asupan gizi yang memadai, dan solusi yang paling ramah yaitu dengan memberikan motivasi agar anak mau belajar lebih dengan cara meningkatkan baik waktu maupun kualitas pembelajaran di rumah dan di sekolah. Dengan demikian kelemahan dari sisi kecerdasan dapat ditutupi dengan upaya ekstra misalnya menghafal materi pembelajaran.
• Kelainan psikologis
Pernah dijumpai seorang anak dari keluarga mampu tetapi di sekolah dia tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, setelah dideteksi oleh guru, ternyata anak tersebut mengalami kelemahan dalam penginderaan mata, setelah diperiksakan kedokter dan memakai kacamata, akhirnya potensi anak tersebut ternyata pandai dan mampu mengikuti setiap kegiatan pembelajaran dengan baik.
Juga bagi anak yang bertubuh lebih kecil dari anak lain sebaiknya ditempatkan ditempat duduk di barisan paling depan.
• Kelainan motivasi
Memotivasi dengan stimulus-stimulus agar anak mau belajar dengan baik, antara lain dengan menerapkan reward pada pembelajaran dikelas. Insya Allah anak akan termotivasi, motivasi tidak hanya dari sekolah tapi dari peranan orangtua di rumah agar mau berupaya memotivasi anak untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Meski demikian, peranan guru di sekolah juga sangat diperlukan dalam memberikan motivasi ekstrinsik ini.
by . beni kisworo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar