bunga berguguran

Rabu, 17 Oktober 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

Disusun oleh:
Nama :             Abwatie Al Khakim                (K5112001)
                        Ayu Pratiwi                             (K5112013)
                        Eka Cahya Nirmala                 (K5112024)
                        Joko Mulato                            (K5112035)
                        Muh. Farid Abraham              (K5112046)
                        Tanti Hindaryanti                    (K5112070)
                        Rahmat Adi                            (K5112059)




                                                     
                                                      BAB 1
MANUSIA DAN PENGEMBANGANYA

A.    MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang tidak timbul pada masa sekarang saja, melainkan adanya pendidikan bersamaan dengan adanya manusia. Dalam diri manusia terdapat potensi-potensi yang dapat berkembang melalui pengaruh dari luar. Pendidikan pada dasarnya memberi kesempatan kepada potensi-potensi itu untuk berkembang kearah kesempurnaan serta mencegah terjadinya hal yang buruk. Menurut filsafat Existensialisme manusia adalah sesuatu yang ada penuh potensi untuk berkembang terus, merealisasikan diri, menyempurnakan wujud adanya sebagai manusia. Dalam menyempurnakan diri dipengaruhi unsur-unsur juga daya-daya yang dating dari individu. Daya itu bermacam-macam ada yang sengaja, ada yang tidak disengaja, ada yang mengntungkan, ada yang merugikan. Pada binatang ada tindakan yang mirip merupakan tindakan pendidikan, tindakan yang mirip pendidikan itu disebut dresser, yaitu suatu tindakan yang tidak didasarkan atas kesadaran melainkan merupakan suatu naluri yang sama turun-menurun dilakukan sebelumnya.

B.     DRESSUR DAN PENDIDIKAN
Tindakan-tindakan menjinakkan, mendressur dan melatih binatang. Kerena pendidikan juga mempergunakan kecenderungan-kecenderungan ang timbul pada masa perkembangan psikis, pendidik mengarahkan nafsu-nafsu bawaan ke tujuan yang berguna, ia menentukan bentuk-bentuk tindakan instinktif yang boleh dilakukan.Pertama-tama pada tindakan instink tidak terdapat pengertian tentang tujuan dari tindakan itu. Marilah kita mengambil dua contoh. Bayi yang baru lahir, yan menyusu, tidak tahu bahwa dengan begitu ia sedang mengambil makanan, apabila mengetahui bahwa ia sangat perlu untuk kelangsungan hidupnya. Jadi disini tidak ada pandangan tentang apa yang akhirnya harus dicapai. Bayi tadi melulu menurut kepada nafsu. Begitu pula anjing jika ia mengejar binatang buruan, karena menuruti kecenderungan bawaannya. Ia tidak dapat bertindak lain, ia didorong ke situ. Disini terlihat dari yang kedua dari tindakan instink: tindakan itu dilakukan automatis dan tidak bebas.
Dari uraian diatas jelas bahwa dressur tidak dapat disamakan dengan pendidikan. Dengan kata lain: : “pendidikan” yang dilakukan terhadap binatang binatang berlainan dengan pendidikan yang dilakukan terhadap manusia. Dalam beberapa hal memang ada persamaan dan persamaan itu umumnya terletak pada pertumbuhan bagus saja, yaitu yang berhubungan dengan perkembangan ilmiah. Sedangkan pada manusia haruslah diperhitungkan pada perkembangan hidup psikisnya. Binatang adalah makhluk alam yang tidak berkebudayaan. Manusia masuk bilangan ragam, tetapi juga termasuk bilangan kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang lebih tinggi daripada binatang. Dengan demikian maka manusia adalah makhluk yang mampu berpikir.

C.     HAKEKAT MANUSIA
Hakekat manusia adalah masalah yang rumit. Ada beberapa pendapat , sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing Salah satu pandangan  filsafat (Notonagoro,1966)  mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ”monodualis” jiwa raga.

1.      Manusia sebagai makhluk yang memiliki Raga dan Jiwa
Manusia memiliki sifat-sifat benda mati (anorganis), tumbuh-tumbuhan (vegetatif), dan hewan (animal), sehingga dalam tingkah lakunya dikuasai oleh hukum alam dan didorong oleh instingnya.
2.      Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Kesadaran manusia yang membuat manusia mampu mengadakan refleksi bahwa berkat badanya ia adalah bagian daria alam semesta. Sebagai makhluk sosial mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi sehubungan dengan itu mereka harus hidup bersama dan bekerja sama dalam satuan sosial yang menetap.
3.      Manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan
Manusia adalah substansi, individu yang bersifat rasional, yang mampu menyadari bahwa dunia luarnya merupakan obyek yang dapat dijadikan alat untuk memperkembangkan dirinya sehingga semakin sempurna. Manusia yang pari-purna adalah manusia yang memiliki dirinya sendiri dalamkemerdekaan, tetapi dalam waktu yang sama tunduk secara sukarela kepada Tuhan sebagai nilai tertinggi.

D.    KONSEKUENSI PENDIDIKAN TERHADAP MANUSIA
manusia sebagai makhluk raga dan jiwa
1.      Atas dasar tinjauan manusia sebagai makhluk monodualisme, maka pendidikan akan menyelaraskan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah dipenuhinya secara selaras dan seimbang.
2.  Manusia sebagai makhluk individual dan social.Sebagai makhluk individu dan sosial manusia hendaknya salin menghargai dan menghormati, saling memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini individu hendaknya diperlakukan oleh kelompok senagaimana dia memperlakukan kelompoknya.
3.  Ditinjau dari monodualisme pribadi berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan.Pendidikan akan menyadarkan kepada manusia bahwa apa apa yang direncanakan ataupun yang dicita-citakan tidak sepenuhnya berkat usaha manusia itu sendiri tetapi Tuhan ikut menentukannya. Dengan demikian maka pendidikan akan mendorong manusia dalam berusaha untuk mencapai sesuatu yang disertai dengan permohonan kepada Tuhan. Jadi manusia harus taqwa kepada Tuhan.

E.     PENGEMBANGAN DIMENSI HAKEKAT MANUSIA
Dimensi-dimensi hakikat manusia yang secara singkat terjadi dari tujuh unsur , telah ada sejak manusia lahir. Dimensi-dimensi tersebut merupakan potensi yang harus dikembangkan. Pengembangan tersebut dapat dilakukan secara utuh dan dapat secara tidak utuh.
Mengembangkan dimensi manusia secara utuh dilakukan dengan jalan memberikan perlakuan terhadap ketujuh dimensi manusia secara merata dan proposional. Dengan cara ini akan diperoleh perkembangan manusia secara utuh dan harmonis. Adapun ketujuh dimensi termasuk disajikan secara urut sebagai berikut: Pertama, manusia sebagai makhluk Tuhan adalah mengakui Keesaan Tuhan, menjalankan perintah dan meninggalkan Larangannya. Kedua : manusia sebagai makhluk berdimensi”cipta”. Cipta merupakan dimensi manusia yang berkaitan dengan aspek berfikir. Ketiga : manusia sebagai makhluk yang berdimensi “rasa”. Rasa biasanya berkenaan dengan keindahan. Keempat : manusia sebagai makhluk yang berdimensi “karsa”. Karsa, dalam bahasa Inggrisnya adalah”hand”, berarti terampil. Karsa disini dimaksudkan sebagai kemempuan untuk menghidupi, minimal menghidupi dirinya sendiri. Kelima : manusia berdimensi “fisik”. Pengembangan fisik dimaksudkan agar manusia sehat secara fisik, manusia yang sehat akan mudah mengerjakan segala pekerjaan. Keenam, manusia berdimensi “individu”. Individu diartikan sebagai pengakuan seseorang akan eksistensi dirinya sendiri. Ketujuh, manusia berdimensi “sosial” yang berarti bahwa manusia merupakan baian dari anggota masyarakat.
Pengembangan ketujuh dimensi manusia seperti tersebut diatas tidak bisa mengutamakan yang satu dan mengabaikan yang lain. Dengan demikian, jika ketujuh dimensi manusia seperti tarsebut diatas diibaratkan sebagai jari-jari lingkaran, maka akan membentuk lingkaran yang bundar.

F.      PEMBAWAAN
Istilah pembawaan sering juga disebut sebagai “heredity/hereditas”
1.      Pembawaan dan Lingkungan
Seperti yang telah kita singgung dalam bab yang lalu mengenai hal ini ada tiga aliran, yaitu Nativism, Empirism, dan Konvergensi.
a.       Aliran Nativism
Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan pribadi manusia sepenuhnya ditentukan oleh pembawaan.
b.      Aliran Empirisme
Pendapat aliran ini berlawanan dengan aliran Nativism, dan mengatakan bahwa dalam perkembangan anak menjadi dewasa itu sama sekali ditentukan oleh ligkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
c.       Aliran Konvergensi
Aliran ini berasal dari ahli jiwa bangsa Jerman, bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia.
2.      Pembawaan dan Keturunan
Setelah soal keturunan dan soal pembawaan itu kita bicarakan sendiri-sendiri, dapatkah kiranya sekarang kita bandingkan kedua pengertian itu agar lebih jelas dan lebih berhati-hati di dalam menggunakannya.
Pembawaan (yang dibawa si anak sejak lahir) adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya. Dengan demikian dibawa sejak lahir). Dengan singkat dapatkah kita katakan, semua yang dibawa oleh sianak sejak dilahirkan adalah diterima karena kelahirannya, jadi memang adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena keturunan. Sebaliknya semua yang diperoleh karena keturunan dapat dikatakan pembawaan, atau lebih tepat lagi pembawaan keturunan.
3.      Pembawaan dan Bakat
Sebenarnya kedua istilah itu pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umum dalam buku-buku ilmu jiwa kita dapati kedua istilah itu digunakan sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg).
4. Lingkungan
a. pengertian dan macam lingkungan
Sartian (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkahlaku kita, pertumbuhan, perkembangan kita, kecuali bakat yang dibawa sejak lahir/gen-gen. Dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide envroment) bagi gen yang lain.
b. bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan
Allport merumuskan kepribadian manusia itu sebagai berikut: Kebribadian adalah organisasi dinamis dari sistem pskofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
           













































Tidak ada komentar:

Posting Komentar