BAB
1
PENDAHULUAN
Disusun oleh:
Nama : Abwatie Al Khakim (K5112001)
Ayu Pratiwi (K5112013)
Eka Cahya Nirmala (K5112024)
Joko Mulato (K5112035)
Muh. Farid Abraham (K5112046)
Tanti Hindaryanti (K5112070)
Rahmat Adi (K5112059)
BAB
1
MANUSIA
DAN PENGEMBANGANYA
A. MANUSIA
DAN PENDIDIKAN
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang tidak timbul pada masa sekarang saja, melainkan adanya pendidikan bersamaan dengan adanya manusia. Dalam diri manusia terdapat potensi-potensi yang dapat berkembang melalui pengaruh dari luar. Pendidikan pada dasarnya memberi kesempatan kepada potensi-potensi itu untuk berkembang kearah kesempurnaan serta mencegah terjadinya hal yang buruk. Menurut filsafat Existensialisme manusia adalah sesuatu yang ada penuh potensi untuk berkembang terus, merealisasikan diri, menyempurnakan wujud adanya sebagai manusia. Dalam menyempurnakan diri dipengaruhi unsur-unsur juga daya-daya yang dating dari individu. Daya itu bermacam-macam ada yang sengaja, ada yang tidak disengaja, ada yang mengntungkan, ada yang merugikan. Pada binatang ada tindakan yang mirip merupakan tindakan pendidikan, tindakan yang mirip pendidikan itu disebut dresser, yaitu suatu tindakan yang tidak didasarkan atas kesadaran melainkan merupakan suatu naluri yang sama turun-menurun dilakukan sebelumnya.
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang tidak timbul pada masa sekarang saja, melainkan adanya pendidikan bersamaan dengan adanya manusia. Dalam diri manusia terdapat potensi-potensi yang dapat berkembang melalui pengaruh dari luar. Pendidikan pada dasarnya memberi kesempatan kepada potensi-potensi itu untuk berkembang kearah kesempurnaan serta mencegah terjadinya hal yang buruk. Menurut filsafat Existensialisme manusia adalah sesuatu yang ada penuh potensi untuk berkembang terus, merealisasikan diri, menyempurnakan wujud adanya sebagai manusia. Dalam menyempurnakan diri dipengaruhi unsur-unsur juga daya-daya yang dating dari individu. Daya itu bermacam-macam ada yang sengaja, ada yang tidak disengaja, ada yang mengntungkan, ada yang merugikan. Pada binatang ada tindakan yang mirip merupakan tindakan pendidikan, tindakan yang mirip pendidikan itu disebut dresser, yaitu suatu tindakan yang tidak didasarkan atas kesadaran melainkan merupakan suatu naluri yang sama turun-menurun dilakukan sebelumnya.
B. DRESSUR
DAN PENDIDIKAN
Tindakan-tindakan
menjinakkan, mendressur dan melatih binatang. Kerena pendidikan juga
mempergunakan kecenderungan-kecenderungan ang timbul pada masa perkembangan
psikis, pendidik mengarahkan nafsu-nafsu bawaan ke tujuan yang berguna, ia
menentukan bentuk-bentuk tindakan instinktif yang boleh dilakukan.Pertama-tama
pada tindakan instink tidak terdapat pengertian tentang tujuan dari tindakan
itu. Marilah kita mengambil dua contoh. Bayi yang baru lahir, yan menyusu,
tidak tahu bahwa dengan begitu ia sedang mengambil makanan, apabila mengetahui
bahwa ia sangat perlu untuk kelangsungan hidupnya. Jadi disini tidak ada
pandangan tentang apa yang akhirnya harus dicapai. Bayi tadi melulu menurut
kepada nafsu. Begitu pula anjing jika ia mengejar binatang buruan, karena
menuruti kecenderungan bawaannya. Ia tidak dapat bertindak lain, ia didorong ke
situ. Disini terlihat dari yang kedua dari tindakan instink: tindakan itu
dilakukan automatis dan tidak bebas.
Dari
uraian diatas jelas bahwa dressur tidak dapat disamakan dengan pendidikan.
Dengan kata lain: : “pendidikan” yang dilakukan terhadap binatang binatang
berlainan dengan pendidikan yang dilakukan terhadap manusia. Dalam beberapa hal
memang ada persamaan dan persamaan itu umumnya terletak pada pertumbuhan bagus saja, yaitu yang
berhubungan dengan perkembangan ilmiah.
Sedangkan pada manusia haruslah diperhitungkan pada perkembangan hidup
psikisnya. Binatang adalah makhluk alam yang tidak berkebudayaan. Manusia masuk
bilangan ragam,
tetapi juga termasuk bilangan kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang lebih
tinggi daripada binatang. Dengan demikian maka manusia adalah makhluk yang mampu berpikir.
C. HAKEKAT
MANUSIA
Hakekat
manusia adalah masalah yang rumit. Ada beberapa pendapat , sesuai dengan sudut
pandangnya masing-masing Salah satu pandangan
filsafat (Notonagoro,1966)
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ”monodualis” jiwa raga.
1. Manusia
sebagai makhluk yang memiliki Raga dan Jiwa
Manusia memiliki
sifat-sifat benda mati (anorganis), tumbuh-tumbuhan (vegetatif), dan hewan
(animal), sehingga dalam tingkah lakunya dikuasai oleh hukum alam dan didorong
oleh instingnya.
2. Manusia
sebagai makhluk individu dan sosial
Kesadaran
manusia yang membuat manusia mampu mengadakan refleksi bahwa berkat badanya ia
adalah bagian daria alam semesta. Sebagai makhluk sosial mereka saling
membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi sehubungan dengan itu
mereka harus hidup bersama dan bekerja sama dalam satuan sosial yang menetap.
3. Manusia
sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan
Manusia adalah
substansi, individu yang bersifat rasional, yang mampu menyadari bahwa dunia
luarnya merupakan obyek yang dapat dijadikan alat untuk memperkembangkan
dirinya sehingga semakin sempurna. Manusia yang pari-purna adalah manusia yang
memiliki dirinya sendiri dalamkemerdekaan, tetapi dalam waktu yang sama tunduk
secara sukarela kepada Tuhan sebagai nilai tertinggi.
D. KONSEKUENSI
PENDIDIKAN TERHADAP MANUSIA
manusia
sebagai makhluk raga dan jiwa
1. Atas
dasar tinjauan manusia sebagai makhluk monodualisme, maka pendidikan akan
menyelaraskan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan baik yang menyangkut
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah dipenuhinya secara
selaras dan seimbang.
2. Manusia sebagai
makhluk individual dan social.Sebagai
makhluk individu dan sosial manusia hendaknya salin menghargai dan menghormati,
saling memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini individu hendaknya diperlakukan
oleh kelompok senagaimana dia memperlakukan kelompoknya.
3. Ditinjau dari
monodualisme pribadi berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan.Pendidikan akan
menyadarkan kepada manusia bahwa apa apa yang direncanakan ataupun yang
dicita-citakan tidak sepenuhnya berkat usaha manusia itu sendiri tetapi Tuhan
ikut menentukannya. Dengan demikian maka pendidikan akan mendorong manusia
dalam berusaha untuk mencapai sesuatu yang disertai dengan permohonan kepada
Tuhan. Jadi manusia harus taqwa kepada Tuhan.
E. PENGEMBANGAN
DIMENSI HAKEKAT MANUSIA
Dimensi-dimensi
hakikat manusia yang secara singkat terjadi dari tujuh unsur , telah ada sejak
manusia lahir. Dimensi-dimensi tersebut merupakan potensi yang harus
dikembangkan. Pengembangan tersebut dapat dilakukan secara utuh dan dapat
secara tidak utuh.
Mengembangkan
dimensi manusia secara utuh dilakukan dengan jalan memberikan perlakuan
terhadap ketujuh dimensi manusia secara merata dan proposional. Dengan cara ini
akan diperoleh perkembangan manusia secara utuh dan harmonis. Adapun ketujuh
dimensi termasuk disajikan secara urut sebagai berikut: Pertama, manusia
sebagai makhluk Tuhan adalah mengakui Keesaan Tuhan, menjalankan perintah dan
meninggalkan Larangannya. Kedua : manusia sebagai makhluk berdimensi”cipta”.
Cipta merupakan dimensi manusia yang berkaitan dengan aspek berfikir. Ketiga :
manusia sebagai makhluk yang berdimensi “rasa”. Rasa biasanya berkenaan dengan
keindahan. Keempat : manusia sebagai makhluk yang berdimensi “karsa”. Karsa,
dalam bahasa Inggrisnya adalah”hand”, berarti terampil. Karsa disini
dimaksudkan sebagai kemempuan untuk menghidupi, minimal menghidupi dirinya
sendiri. Kelima : manusia berdimensi “fisik”. Pengembangan fisik dimaksudkan
agar manusia sehat secara fisik, manusia yang sehat akan mudah mengerjakan
segala pekerjaan. Keenam, manusia berdimensi “individu”. Individu diartikan
sebagai pengakuan seseorang akan eksistensi dirinya sendiri. Ketujuh, manusia
berdimensi “sosial” yang berarti bahwa manusia merupakan baian dari anggota
masyarakat.
Pengembangan
ketujuh dimensi manusia seperti tersebut diatas tidak bisa mengutamakan yang
satu dan mengabaikan yang lain. Dengan demikian, jika ketujuh dimensi manusia
seperti tarsebut diatas diibaratkan sebagai jari-jari lingkaran, maka akan
membentuk lingkaran yang bundar.
F. PEMBAWAAN
Istilah
pembawaan sering juga disebut sebagai “heredity/hereditas”
1.
Pembawaan dan
Lingkungan
Seperti
yang telah kita singgung dalam bab yang lalu mengenai hal ini ada tiga aliran,
yaitu Nativism, Empirism, dan Konvergensi.
a. Aliran
Nativism
Aliran ini mengatakan bahwa
perkembangan pribadi manusia sepenuhnya ditentukan oleh pembawaan.
b. Aliran
Empirisme
Pendapat aliran ini berlawanan
dengan aliran Nativism, dan mengatakan bahwa dalam perkembangan anak menjadi
dewasa itu sama sekali ditentukan oleh ligkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
c. Aliran
Konvergensi
Aliran ini berasal dari ahli jiwa
bangsa Jerman, bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawan dan
lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia.
2.
Pembawaan dan Keturunan
Setelah soal keturunan dan soal
pembawaan itu kita bicarakan sendiri-sendiri, dapatkah kiranya sekarang kita
bandingkan kedua pengertian itu agar lebih jelas dan lebih berhati-hati di
dalam menggunakannya.
Pembawaan
(yang dibawa si anak sejak lahir) adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif,
yang akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya. Dengan demikian
dibawa sejak lahir). Dengan singkat dapatkah kita katakan, semua yang dibawa
oleh sianak sejak dilahirkan adalah diterima karena kelahirannya, jadi memang
adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena
keturunan. Sebaliknya semua yang diperoleh karena keturunan dapat dikatakan
pembawaan, atau lebih tepat lagi pembawaan keturunan.
3.
Pembawaan dan Bakat
Sebenarnya kedua istilah itu pembawaan
dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umum dalam buku-buku ilmu
jiwa kita dapati kedua istilah itu digunakan sejajar, sama-sama dipakai untuk
satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg).
4.
Lingkungan
a.
pengertian dan macam lingkungan
Sartian
(seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan
lingkungan meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkahlaku kita, pertumbuhan, perkembangan kita, kecuali
bakat yang dibawa sejak lahir/gen-gen. Dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang
sebagai menyiapkan lingkungan (to provide envroment) bagi gen yang lain.
b.
bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan
Allport
merumuskan kepribadian manusia itu sebagai berikut: Kebribadian adalah
organisasi dinamis dari sistem pskofisik dalam individu yang turut menentukan
cara-caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar